EFEKTIFITAS MASSAGE PUNGGUNG DALAM UPAYA PENCEGAHAN KEJADIAN DICUBITUS PADA PASIEN BED REST TOTAL DI RUANG BOUGENVIL

PROPOSAL PENELITIAN


 


 

EFEKTIFITAS MASSAGE PUNGGUNG DALAM UPAYA PENCEGAHAN KEJADIAN DICUBITUS PADA PASIEN BED REST TOTAL DI RUANG BOUGENVIL

RUMAH SAKIT UMUM BANYUMAS


 


 


 


 


 


 


 

NIM : N1B 005042


 


 


 

PROGRAM SARJANA KEPERAWATAN

UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN

PURWOKERTO

2005


 


 


 


 


 


 


 


 


 

  1. MUNTAH

    Muntah adalah cara dimana saluran cerna bagian atas mengeluarkan atau membuang isinya sendiri ( Guyton .1998 hal : 357 )

    Muntah adalah suatu reflek komplek yang diperantarai oleh pusat muntak di Medulla Oblongata otak. ( Corwin, Elizabeth J. 2000 hal : 520 )

    Faktor yang merangsang muntah
    :

  • Iritasi saluran cerna
  • Pemberian obat – obata tetentu, misal ; morpin, opomorpin, beberapa derifat digitalis
  • Peningkatan tekanan intra kranial
  • Perubahan gerak tubuh
  • Rangsangan psikis/ psikologis
  • Rangsangan bau
  • Gelisah
  • Rangsangan kimiawi ; misal ipekak


 

Mekanisme muntah

  • Iritasi saluran cerna

    Peregangan dan iritasi lambung memberikan rangsangan yang kuat.Impuls di hantarkan oleh nervus vagus dan aferen simpatis ke pusat muntah bilateral di modulla oblongata yang terletak dekat traktus solitarius kira – kira setinggi nukleus dorsal motorik vagus.

    Reaksi motorik yang sesuai diberikan untuk menyebabkan muntah. Impuls motorik dihantarkan dari pusat muntah melalui syaraf kranial V, VIII, X, dan XII ke saluran cerna bagian atas dan melalui syaraf spinal kediafragma dan otot abdomen, sehingga menimbulkan muntah.

    Saat pusat muntah sudah cukup dirangsang dan telahtimbul muntah efek yang pertama adalah :

  1. Bernafas dalam
  2. Mengangkat oshioid dan larings untuk mendorong sfingter krikooesofageal terbuka
  3. Menutup glotis
  4. Mengangkat palatum molle untuk menutup nares posterior.

Berikutnya timbul konstraksi kuat yang yang menuju ke bawah dari semua otot abdomen. Sebenarnya hal ini memeras lambung antara 2 lapisan otot , menimbulkan tekanan gastrik yang tinggi, akhirnya sfingter gastroesofageal relaksasi memunginkan pengeluaran isi lambung ke atas melalui esofagus.

Jadi muntah merupakan akibat dari kerja pemerasan otot- otot abdomen dihubungkan dengan pembukaan sfingter oesofagus sehingga isi lambung dapat dikeluarkan.

  • Obat – obatan

    Obat – obat tertentu seperti morpin, opomorpin dapat langsung merangsang chemoreseptor triger zone yang merupakan pusat muntah di medulla oblongata atau motion sichness.

  • Perubahan gerak

    Gerakan merangsang reseptor labirin dan impuls dihantarkan terutama melalui nuklei vestibularis masuk serebelum, setelah melalui uvula dan nodulus serebelum, signal dihantarkan ke chemoreseptor trigger zone dan kemudian menyebabkan muntah.


 

  1. MOTILITAS LAMBUNG

    Motilitas lambung meliputi :

    1. Relaksasi otot lambung

      Saat makanan masuk ke dalam lambung, maka lambung melemas akibat proses reflek relaksasi resesif. Relaksasi otot – otot lambung ini dicetuskan oleh gerakan faring dan esofagus. Relaksai kemudian diikuti

    2. Kontraksi peristaltik

      Kontraksi peristaltik lambung bertujuan untuk mencampur amakanan yang ada dalam lambung. Bila terbentuk dengan baik gelombang kontraksi tersebut berlangsung dengan kecepatan 3 kali/menit.

    3. Propulsi

      Propulsi yaitu gerakan lambung untuk mendorong atau menyemprotkan makanan ke dalam duodenum dengan kecepatan yang terkontrol.

    4. Pengosongan lambung

      Sfingter pilorus memiliki fungsi terbatas dalam pengontrolan pengosongan lambung. Pengosongan lambung tetap normal apabila pilorus dibiarkan terbuka atau bahkan apabila diangkat secara bedah. Antrum, pilorus dan duodenum bagian atas tampaknya berfungsi sebagai satu kesatuan. Kontraki antrum diikuti oleh kontraksi berurutan darah pilorus dan duodenum. Di antrum kontraksi di depan isi lambung yang sedang bergerak maju akan mencegah massa padat memasuki duodenum, dengan demikian isi lambung disemprotkan sedikit demi sedikit kedalam usus halus.


 


 

  1. SEKRESI HcL

    HcL merupakan cairan isotonik sebagai sekresi sel parietal lambung yang mengandung 150 meq Cl‾ dan 150 meq H+ per liter. Pemompaan H+ keluar sel parietal untuk ditukar dengan K+ memerlukan energi yang cukup besar, dan energi ini disediakan oleh hidrolisis ATP. Inhibisi pembentukan ATP akan mencegah sekresi H+ , Cl‾ juga dikeluarkan seiring dengan penurunan gradien elektrokimianya melalui saluran – saluran yang diaktifkan oleh AMP siklik di membran apikal. H+ yang dikeluarkan berasal dari H2CO3, dan H2CO3 sendiri terbentuk dari hidrasi CO2. Reaksi yang terakhir ini dikatalis oleh karbonat anhidrase, dan sel parietal terutama kaya akan enzim ini. HCO3‾ yang terbentuk melalui disosiasi H2CO3 dikeluarkan oleh suatu antiport di membran basolateral sel parietal yang menukar HCO3‾ untuk anion lain, dan karena Cl‾ adalah anion yang paling banyak terdapat dalam cairan interstitium, maka pertukaran tersebut terutama terjadi dengan Cl‾. Akibat efluk HCO3‾ ke dalam darah maka lambung memiliki angka respirasi ( respiratory quotient ) negatif yaitu jumlah CO2 dalam darah arteri lebih besar daripada jumlah dalah darah venalambung. Sewaktu sekresi asam lambung meningkat setelah makan, maka dapat terjadi sekresi H+ dalam jumlah cukup untuk menaikan pH darah sistemik dan menyebabkan urin alkalis. Sekresi asam dirangsang oleh histamin melalui reseptor H2,oleh asetilkolin melaluireseptor
    muskarinik M1, dan oleh gastrin melalui reseptor gastrin di membran sel parietale. Prostaglandin, terutama golongan E, menghambat sekresi asam dengan mengaktifkan Gi , dan hal ini sebagian dapat menjelaskan peningkatan insidens ulkus pada pasien yang mendapatkan obat anti –inflamasi yang menghambat sintesis prostaglandin.


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 

DAFTAR PUSTAKA :


 

  • Corwin, Elizabeth J: Buku Saku Patofisiologi, alih bahasa Brahm U. Pendit ; Editor Endah P. – Jakarta : EGC. 2000.
  • Ganong, William F : Buku Ajar Fisiologi Kedokteran, alih bahasa M. Djauhari Widjayakesumah ; Editor M. Djauhari W. – Jakarta : EGC. 1998
  • Guyton, Artur C. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran, allih bahasa LMA. Ken Ariata Tengadi, -Jakarta : EGC. 1994.


 


 

0 Response to "EFEKTIFITAS MASSAGE PUNGGUNG DALAM UPAYA PENCEGAHAN KEJADIAN DICUBITUS PADA PASIEN BED REST TOTAL DI RUANG BOUGENVIL"